Perempuan sepuh itu namanya
Ponirep. Usia warga Dusun Purwodadi, Desa/Kecamatan Sidomulyo, Lampung
Selatan (Lamsel), itu kini mencapai 90 tahun.
Kendati sudah uzur, buyut tujuh cicit ini tercatat sebagai salah satu
calon jamaah haji (CJH) asal Lamsel yang rencananya berangkat ke Tanah
Suci tahun ini.
Tidak mudah baginya bisa menyandang status CJH. Sebab selama 20
tahun, ia dengan gigih menabung untuk menunaikan rukun Islam yang kelima
tersebut. Uang tabungan itu didapatnya dari berjualan daun pisang.
Saat kami menyambangi kediamannya yang
hanya berukuran 6 x 9 meter, Ponirep tengah berada di
samping rumah.
Kala itu, ia sedang mengambil daun pisang menggunakan galah yang
ujungnya terpasang pisau. Di pekarangan itu terlihat 15 batang pohon
pisang berdiri.
Ibu empat anak ini memang sejak 1965 tinggal di rumah tersebut.
Suaminya sejak 12 tahun lalu sudah meninggal dunia. Di rumah itu, ia
tinggal bersama anak bungsunya.
Usai mengambil daun pisang, Ponirep memotong daun tersebut dari
tangkainya dan disusun menjadi beberapa bagian. Daun pisang itu lantas
dijualnya ke Pasar Sidomulyo yang dititipkan kepada kerabatnya.
Dari hasil penjualan daun pisang itu, Ponirah mendapatkan uang
sekitar Rp 10 ribu hingga Rp 20 ribu per hari. Setengah dari hasil
penjualan daun pisang langsung ditabungkannya.’’Sudah lama saya menabung
untuk naik haji. Sekitar 20 tahun. Dari hasil jual daun pisang ini saya
sisihkan,” kata Ponirep.
Dia mengaku sudah puluhan tahun ingin naik haji. Namun dikarenakan
uang yang dimiliki belum cukup, ia menabung sedikit demi sedikit
.
’’Supaya selamat dunia-akhirat dengan menuntaskan rukun Islam yang
kelima,” kata nenek yang bahasa Indonesia-nya kurang lancar ini.
Sumijo (54), anak kedua Ponirep, mengatakan, ibunya menabung selama
ini tanpa diketahui anak dan cucu-cucunya. Bahkan, dia mengaku sempat
kaget saat empat tahun lalu diminta ibunya untuk mendaftarkan naik haji.
’’Saya tahunya 4 tahun lalu Mas, ibu meminta saya untuk
mengantarkannya mendaftar naik haji. Saya sempat heran, dari mana dia
dapat uang. Ternyata selama ini ibu menabung,” kata Sumijo kemarin.
Sejak saat itu, sambung Sumijo, ibunya terus menitipkan uang
kepadanya untuk ditabung di bank buat membayar haji. ’’Ibu orangnya
tertutup. Saya tidak boleh menceritakan ke siapa-siapa kalau ibu mau
naik haji,” tuturnya.
Sedangkan Tukimin Hidayat (30) mengatakan, sang nenek hanya sendirian
naik haji. Tidak ada satu pun keluarganya yang menemani. Dia
mengatakan, neneknya hanya ikut yayasan.
’’Jadi kami sekeluarga sudah ikhlas jika terjadi sesuatu dengan nenek,” ucapnya.
Kades Sidomulyo Sutanto mengatakan, Ponirep merupakan CJH tertua dari Lamsel.
Menurut dia, dari kisah Ponirep ini membuktikan bahwa tidak hanya
orang kaya yang dapat naik haji, tetapi orang miskin pun dapat
melaksanakannya dengan tekad yang kuat.
’’Ini menjadi pembelajaran bagi kita semua, Nenek Ponirep yang menabung dengan sungguh-sungguh dapat naik haji,” ucapnya.
Kendati
sudah berumur 90 tahun, semangatnya masih terlihat jelas untuk
menunaikan haji tahun ini. Buyut dari 7 cicit ini mengatakan selain
untuk mencari kebahagiaan di akhirat nanti, di Tanah Suci ia akan
mendoakan semua orang yang membantunya untuk bisa naik haji.
Saat ditemui Radar Lampung, Mbah Ponirep terlihat sedang melakukan Shalat Ashar.
“Ketika di tanah suci nanti, InsyaAllah Saya akan berdoa untuk
keselamatan dunia akhirat, untuk suami saya yang sudah meninggal, untuk
anak-anak agar sukses, dan juga untuk semua yang telah membantu saya,
semoga bisa naik haji juga,” .
sumber: radarlampung jawa pos