Hampir seluruh timeline saya hari ini, dari Grup Whatsapp, Line, Facebook, dan Instagram, berbicara tentang Alvin Arifin Ilham. Putra dari sosok ulama ini, melakukan pernikahan di usia 17 tahun. Sementara mempelai perempuannya baru berusia 19 tahun. Kagetkah?
Bila membaca buku "Ghirah" karangan Buya Hamka, itu tidak akan kaget. Karena memang lumrah sejatinya, dahulu pernikahan dilakukan pria di usia yang dilakukan Alvin. Sementara perempuan rata-rata di usia 13 sd 15 tahun.
Justru, jodoh di waktu yang lampau mudah didapatkan. Sementara menikah kekinian di usia tersebut dianggap keterlaluan. Mungkin kita mulai terjangkiti virus sekulerisme dari sudut pandang hal ini.
Betapa banyak justru anak-anak seusia Alvin, yang melakukan seks pra-nikah. Mereka justru mengobral kejantanan dan kegadisan mereka, hanya untuk menunjukkan betapa gaulnya. Naas. Ironis dan sedih.
"Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurniaNya. Dan Allah Maha Luas (Pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui”. (An Nuur: 32)
Ayat di atas sangat jelas bukan. Bahwa rezeki tidak senantiasa terkait dengan urusan nikah terlalu muda atau tua. Jadi kenapa justru banyak orang sekarang begitu kagetnya tentang pernikahan Alvian yang masih muda tersebut?
Barakallah fiik Bang Alfin Faiz.
Sehari pernikahan antum bukannya menikmati indahnya pengantin baru, tetapi Alfin langsung cari nafkah berjualan di depan Di Az Zikra tanpa ada perasaan malu, meskipun orangtua Alfin seoran Ulama, Tokoh dan kaya raya terkenal pula.
Semangat Alvin semoga berkah terus menjadi Teladan buat generasi Muda.
Alfin penganten anyer, sehari nikah sudah nyari nafkah.